Data EKonomi PMI Donald Trump FBS Indonesia

FBS INDONESIA

Data ekonomi PMI dari telah dirilis dari negara negara Asia , Eropa bahkan Amerika Serikat. Hanya China yang menunjukan adanya kontraksi kenaikan di sector pabrikan dimana indeks PMI negara tirai bamboo ini menunjukan angka diatas 50, dimana penguatan ekonomi mulai terjadi di Asia.
Berbeda dengan China, data ekonomi Eropa terlihat terus memburuk dimana negara di kawasan Eropa terlihat masih dibawah angka 50 termasuk Jerman, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Uni Eropa.
Tingkat pengangguran di Italia kembali melonjak ke tingkat 10,7% dan dengan data data ekonomi seperti ini maka wajar apabila Dewan Uni Eropa mengingikan kesepakatan dengan Inggris untuk masalah Brexit, mengingat Hard Brexit akan memperburuk perekonomian kawasan Eropa.
Dari Amerika Serikat data ISM Manufacturing PMI pabrikan memang terlihat membaik, tetapi data Retail Sales terlihat menurun tajam dari 1,4% menjadi – 0,4%, dan ini menandakan adanya perlambatan ekonomi di negeri Paman Sam.
Jika melihat fenomena diatas maka perlambatan ekonomi global mulai kembali terlihat dan tentunya ini akan menyebabkan semua bank sentral di dunia melakukan pelonggaran likuiditas tanpa kecuali The Fed.
Kebijakan The Fed yang telah menaikan suku bunga 4 kali di tahun 2018 , harus bersabar untuk kembali menaikan suku bunganya di tahun 2019. Bahkan administrasi Trump telah kembali melakukan intervensi verbal agar The Fed tidak hanya menahan kenaikan suku bunga, tetapi juga melakukan pemotongan suku bunga 50 bps.
Intervensi yang berujung dengan rencana penggantian Jerome Powell oleh Trump, kembali terdengar oleh pasar, dimana Stephen Moore merupakan calon kuat yang ditunjuk oleh Trump, walaupun pasar pun mengetahui bahwa pergantian pimpinan The Fed bukan merupakan wewenang dari Presiden.
Kegaduhan ini tentunya membuat pelaku pasar menjadi kehilangan kepercayaan kepada The Fed, dimana saat The Fed secara agresif menaikan suku bunga di tahun 2018, berujung pada kejatuhan pasar saham Amerika Serikat, dan setelah intervesi Trump atas kebijakan moneter oelh The Fed, terlihat indeks Dow Jones kembali menguat dan membuat ekonomi Amerika kembali pulih.
Dari sini terlihat bahwa Trump seperti mempunyai kekuatan yang lebih dibandingkan The Fed, sehingga benar atau salah atas kebijakan Trump, maka pasar melihat hasil yang sangat signifikan. Dengan melihat keadaan seperti ini, tentunya membuat Jerome Powell dalam keadaan yang sangat sulit untuk lepas dari tekanan gedung putih dan mengendalikan pasar uang kedepannya.
Dengan melihat fenomena diatas maka pair yang akan berkinerja dengan baik adalah USDJPY dimana setelah membuat landasan support di level 109, maka pair ini akan kembali melakukan koreksi sampai ke level 111.13 dengan target kenaikan ke level 111.85, mengingat ekonomi Jepang masih mempunyai beban yang cukup berat guna lepas dari ketakutan deflasi sampai saat ini.

Berita Ekonomi - Trading Fundamental news